Rabu, 14 Juli 2010

Struma Nodosa non toxic

Struma nodosa atau struma adenomatosa terutama di temukan di daerah pegunungan karena defisiensi iodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan substitusi iodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. 1,2,4
Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.
Penderita struma nodosa biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa gangguan.1

Definisi
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal. Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi sistem vena serta pembentukan vena kolateral. Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:
• Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaan
• Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan
• Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal
• Derajat III: terlihat pada jarak jauh.
Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi menjadi:
• Derajat 0a: tidak terlihat atau teraba tidak besar dari ukuran normal.
• Derajat 0b: jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak terlihat bila kepala ditegakkan.2
Burrow menggolongkan struma nontoksik sebagai berikut:
Nontoxic diffuse goiter
Endemic
Iodine deficiency
Iodine excess
Dietary goitrogenic
Sporadic
Conngenital defect in thyroid hormone biosyntesis
Chemichal agents, e.g lithium, thiocyanate, p-aminosalicylic acid
Iodine deficiency
Compensatory following thyroidectomy
Nontoxic nodular goiter due to causes listed above
Uninodular or multinodular
Functional, nonfunctional, or both.1,7
Dari aspek fungsi kelenjar tiroid, yang tugasnya memproduksi hormon tiroksin, maka bisa dibagi menjadi:
• Hipertiroidi; sering juga disebut toksik (walaupun pada kenyataannya pada penderita ini tidak dijumpai adanya toksin), bila produksi hormon tiroksin berlebihan.
• Eutiroid; bila produksi hormon tiroksin normal.
• Hipotiroidi; bila produksi hormon tiroksin kurang.
• Struma nodosa non toksik; bila tanpa tanda-tanda hipertiroidi
Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif, nodul dibedakan menjadi:
- nodul dingin (cold nodule)
- nodul hangat (warm nodule)
- nodul panas (hot nodule)
Berdasarkan konsistensinya dibagi menjadi:
(-) nodul lunak
(-) nodul kistik
(-) nodul keras
(-) nodul sangat keras3,6

Etiologi
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari bagian kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak akibat tiroiditis.
Pada beberapa penderita struma nodosa, di dalam kelenjar tiroidnya timbul kelainan pada sistem enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroid. Di antara kelainan-kelainan yang dapat dijumpai adalah:
1. Defisiensi mekanisme pengikatan iodida, sehingga iodium dipompakan ke dalam sel jumlahnya tidak adekuat.
2. Defisiensi sistem peroksidase, di mana iodida tidak dioksidasi menjadi iodium.
3. Defisiensi penggandengan tirosin teriodinasi di dalam molekul tiroglobulin, sehingga bentuk akhir dari hormon tiroid tidak terbentuk.
4. Defisiensi enzim deiodinase, yang mencegah pulihnya iodium dari tirosin teriodinasi, yang tidak mengalami penggandengan untuk membentuk hormon tiroid, sehingga menyebabkan defisiensi iodium.3
Akhirnya, ada beberapa makanan yang mengandung substansi goitrogenik yakni makanan yang mengandung sejenis propiltiourasil yang mempunyai aktifitas antitiroid sehingga juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid akibat rangsangan TSH. Beberapa bahan goitrogenik ditemukan pada beberapa varietas lobak dan kubis.
Diagnosis
Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan.
Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral. Pendorongan demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor inspiratoar.2,
Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat karena terfiksasi pada trakea.
Pemeriksaan pasien dengan struma dilakukan dari belakang kepala penderita sedikit fleksi sehingga muskulus sternokleidomastoidea relaksasi, dengan demikan tiroid lebih mudah dievaluasi dengan palpasi. Gunakan kedua tangan bersamaan dengan ibu jari posisi di tengkuk penderita sedang keempat jari yang lain dari arah lateral mengeveluasi tiroid serta mencari pole bawah kelenjar tiroid sewaktu penderita disuruh menelan.
Pada struma yang besar dan masuk retrosternal tidak dapat di raba trakea dan pole bawah tiroid. Kelenjar tiroid yang normal teraba sebagai bentukan yang lunak dan ikut bergerak pada waktu menelan. Biasanya struma masih bisa digerakkan ke arah lateral dan susah digerakkan ke arah vertikal. Struma menjadi terfiksir apabila sangat besar, keganasan yang sudah menembus kapsul, tiroiditis dan sudah ada jaringan fibrosis setelah operasi.
Untuk memeriksa struma yang berasal dari satu lobus (misalnya lobus kiri penderita), maka dilakukan dengan jari tangan kiri diletakkan di mediall di bawah kartilago tiroid, lalu dorong benjolan tersebut ke kanan. Kemudian ibujari tangan kanan diletakkan di permukaan anterior benjolan. Keempat jari lainnya diletakkan pada tepi belakang muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba tepi lateral kelenjar tiroid tersebut.
Pada pemeriksaan fisik nodul harus dideskripsikan:
- lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
- ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
- jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
- konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
- nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
- mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus sternokleidomastoidea
- pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak2.
Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik:
• Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodull dan sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalamii degenerasi kistik dan kemudian menjadi lunak.
• Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul yang mengalami kalsifikasi dapat dtemukan pada hiperplasia adenomatosa yang sudah berlangsung lama.
• Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan tanda keganasan, walaupun nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis dan enoftalmus (Horner syndrome) merupakan tanda infiltrasi atau metastase ke jaringan sekitar.
• 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid
• Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar progresif.
• Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional atau perubahan suara menjadi serak.
• Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido mastoidea karena desakan pembesaran nodul (Berry’s sign)2
Kecurigaan suatu keganasan pada nodul tiroid bisa dirangkum:
• Sangat mencurigakan
- riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare
- cepat membesar terutama dengan terapi dengan levotirosin
- nodul padat atau keras
- sukar digerakkan atau melekat pada jaringan sekitar
- paralisis pita suara
- metastasis jauh
• Kecurigaan sedang
- umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
- pria
- riwayat iradiasi pada leher dan kepala
- nodul >4cm atau sebagian kistik
- keluhan penekana termasuk disfagia,disfonia, serak, dispnu dan batuk.
• Nodul jinak
- riwayat keluarga: nodul jinak
- struma difusa atau multinodosa
- besarnya tettap
- FNAB: jinak
- kista simpleks
- nodul hangat atau panas
- mengecil dengan terapi supresi levotiroksin.3,4
Pemerikasaan laboratorium yang digunakan dalam diagnosa penyakit tiroid terbagi atas:
a. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid
Pemerikasaan hormon tiroid dan TSH paling sering menggunakan radioimmuno-assay (RIA) dan cara enzyme-linked immuno-assay (ELISA) dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua penderita penyakit tiroid, kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-120 ng/dL; T3 sangat membantu untuk hipertiroidisme, kadar normal pada orang dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat membantu untuk mengetahui hipotiroidisme primer di mana basal TSH meningkat 6 mU/L. Kadang-kadang meningkat sampai 3 kali normal.
b. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid.
Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid ditemukan pada serum penderita dengan penyakit tiroid autoimun.
- antibodi tiroglobulin
- antibodi mikrosomal
- antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)
- antibodi permukaan sel (cell surface antibody)
- thyroid stimulating hormone antibody (TSA)
Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher [posisi AP dan Lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi anastesinya, bahkan tidak jarang intuk konfirmasi diagnostik tersebut sampai memelukan CT-scan leher.
USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:
- Dapat menentukan jumlah nodul
- Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik,
- Dapat mengukur volume dari nodul tiroid
- Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.
- Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.
- Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi terarah
- Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.
Pemeriksaan tiroid dengan menggunakan radio-isotop dengan memanfaatkan metabolisme iodium yang erat hubungannya dengan kinerja tiroid bisa menggambarkan aktifitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya.
Penilaian fungsi kelenjar tiroid dapat juga dilakukan karena adanya sistem transport pada membran sel tiroid yang menangkap iodida dan anion lain. Iodida selain mengalami proses trapping juga ikut dalam proses organifikasi, sedangkan ion pertechnetate hanya ikut dalam proses trapping. Uji tangkap tiroid ini berguna untuk menentukan fungsi dan sekaligus membedakan berbagaii penyebab hipertiroidisme dan juga menentukan dosis iodium radioaktif untuk pengobatan hipertiroidisme.
Uji tangkap tiroid tidak selalu sejalan dengan keadaan klinik dan kadar hormon tiroid.
Pemeriksaan dengan sidik tiroid sama dengan uji angkap tiroid, yaitu dengan prinsip daerah dengan fungsi yang lebih aktif akan menangkap radioaktivitas yang lebih tinggi.
Pemerikasaan histopatologis dengan biopsi jarum halus (fine needle aspiration biopsy FNAB) akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar jangan sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja. Berikut ini penilaian FNAB untuk nodul tiroid.
- Jinak (negatif)
Tiroid normal
Nodul koloid
Kista
Tiroiditis subakut
Tiroiditis Hashimoto
- Curiga (indeterminate)
Neoplasma sel folikuler
Neoplasma Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tai tidak pasti
- Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
Karsinoma tiroid meduler
Karsinoma tiroid anaplastik.5

Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi tiroidektomi diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi tersebut suatu keganasan atau bukan.
Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan VC dilakukan pemeriksaan patologi anatomis untuk memastika n proses ganas atau jinak serta mengetahui jenis kelainan histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.

Penanganan
Pilihan terapi nodul tiroid:
- Terapi supresi dengan hormon levotirosin
- Pembedahan
- Iodium radioaktif
- Suntikan etanol
- US Guided Laser Therapy
- Observasi, bila yakin nodul tidak ganas.
Indikasi operasi pada struma adalah:
- struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
- struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
- struma dengan gangguan tekanan
- kosmetik.
Kontraindikassi operasi pada struma:
- struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
- struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang belum terkontrol
- struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
- struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena metastase luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan sternotomi, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi dan sering hasilnya tidak radikal.2,3,6


LAPORAN KASUS

Identitas
Nama : WM
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Alamat : Maasing, kec. Tuminting, kota Manado SULUT
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Siswa
MRS : 21 Oktober 2008

Keluhan utama :
Benjolan pada leher sebelah kiri

Riwayat penyakit sekarang :
Benjolan pada leher sebelah kiri dialami pendrita sejak kira-kira 3 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan berukuran kecil, namun lama-kelamaan membesar samapai seukuran kira-kira sebesar bola kelereng.
Benjolan tidak nyeri, tidak mengganggu waktu bernafas ataupun menelan.
Suara penderita tidak terganggu.
Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, panurunan berat badan disangkal penderita.
BAB/BAK biasa.

Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, dan penyakit gula disangkal oleh penderita.
Riwayat penyakit keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Riwayat keadaan sosial :
Anak I dari 2 bersaudara.

Pemeriksaan Fisik :

Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Respirasi : 22 x/m
Nadi : 76 x/m
Suhu rektal : 36,8ยบ C

Kepala (THT, mata dan mulut):
Inspeksi : conjungtiva anemis (-), scelera ikterik (-), eksoftalmus (-)
Palpasi : T.A.K

Leher :
Inspeksi : ® colli anterior sinistra :
Tampak massa ukuran diameter ± 3 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil, nyeri tekan (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Thoraks :
Inspeksi : pergerakan nafas simetris
Auskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), whezing (-)/(-)
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri


Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : thympani, pekak hepar (+)

Tulang belakang : T.A.K

Extremitas :
Inspeksi : T.A.K
Palpasi : akral hangat

Neurologi : Refleks fisiologis (+/+), Refleks Patologis (-/-), tremor (-)

Rectal Toucher : TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin.
Sarung tangan : feces (-), darah (-), lendir (-)

CVA : T.A.K
Suprapubis : T.A.K
Genitalia : T.A.K


Lab saat MRS :
Hb : 14,1 gr/dl
Lekosit : 7100
Trombosit : 184.000
CT : 7’
BT : 1’
Ureum : 19
Kreatinin : 0,9
SGOT : 9
SGPT : 10
GDS : 78 g/dL
T3 : 1,69 ng/dL
T4 : 106,35 ng/dL
TSH : 0,769 ng/dL
FT4 : 1,06 ng/dL
FT3 : 3,49 ng/dL
Hasil FNAB : struma colloides
Diagnosa kerja :
Struma nodosa nontoksik

Tindakan / Pengobatan :
- Pro isthmolobektomi tiroid sinistra
- Pro EKG
- Pro X(-)foto thoraks

Laporan operasi :

Waktu operasi : 22 Oktober 2008
Jenis operasi : Isthmolobektomi
Jam mulai operasi : 10.00 WITA
Jam selesai operasi : 12.30 WITA
Lamanya operasi : 2 JAM 30 menit

Intruksi post operasi :
IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Bila sudah sadar betul dan bising usus (+) normal, boleh minum bertahap

Follow up
22 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.I
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap



23 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.II
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Observasi vital sign dan air way
Boleh minum bertahap

24 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)
A : post op. Struma nodosa non toksik h.III
P : IVFD RL : D5 28gtt/menit
Ceftriaxsone 2 x 1 gr iv
Ketorolac 3% in D5 100 ml/8 jam
Ranitidin 2x 1 amp IV
Aff drain
Diet bubur

25 Oktober 2008
S : (–)
O : vital sign alam batas normal
® colli anterior: luka operasi terwat baik
A : post op. Struma nodosa non toksik h.1
P : aff infus
Cefixime 2 x 100mg tab
Asam mefenamat 3 x 500mg tab

DISKUSI

Seorang wanita umur 15 tahun datang dengan keluhan utama adanya benjolan pada leher sebeah kiri. Benjolan ini dialami penderita sejak sekitar 3 tahun yang lalu. Awalmya benjolan berukuran kecil, namun perlahan-lahan membesar sampai sekarang berukuran kira-kira sesbesar bola kelereng. Benjolan ini tidak memberikan gangguan apa-apa pada penderita kecuali masalah kosmetik, di mana penderita merasa tidak nyaman dengan leher yang ada benjolannya.
Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, peneurunan berat badan disangkal oleh penderita. Hal ini menandakan tidak adanya gejala-gejala klinis hipertiroid.
Penderita berdomisili di Maasing, kecamatan Tuminting, kota Manado. Dari tempat tinggal penderita, maka bisa disingkirkan kemungkinan penderita mengalami kekurangan intake iodium.
Pada pemeriksaan klinis, vital sign penderita dalam batas normal. Tidak ditemukan eksoftalmus. Pada leher ditemukan ® colli anterior sinistra tampak massa ukuran diemeter ± 3 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil dan tidak ada nyeri tekan. Kelenjar getah bening sekitar tidak mengalami pembesaran.
Dari pemerikasaan ini bisa disimpulkan bahwa karakteristik nodul pada penderita ini merupakan nodul yang jinak.
Hasil pemeriksaan laboratorium menggambarkan fungsi tiroid yang normal. Dan hasil FNAB menunjukkan nodul koloid yang tergolong pada nodul jinak.
Dengan demikian penderita ini didiagnosis dengan struma nodosa nontoksik.
Penanganan selanjutnya adalah dengan terapi pembedahan dengan indikasi pembedahan masalah kosmetik.
Dilakukan ismolobektomi tiroid sinistra pada penderita ini, di mana dilakukan pengangkatan satu sisi lobus tiroid.
Pasca operasi penderita diobservasi tanda-tanda vitalnya serta produksi drain. Bila penderita sudah sadar betul boleh minum sedikit-sedikit, bila kemudian tidak ada gangguan boleh minum bebas. Bila setelah 8 jam post operasi tadak ada gangguan, maka penderita bisa makan dan minum bebas. Drain dilepas setelah 24 jam post operasi dengan produksi minimai <5 cc/24 jam. Rawat luka pada hari ke-2, evaluasi luka operasi apakah ada tanda-tanda infeksi dan hematom.
Penderita bisa pulang sehari setelah lepas drain kemudian dianjurkan untuk kontrol di poli Bedah.


12 komentar:

  1. Penyakit yang menakutkan...
    PertamaXX ya?

    BalasHapus
  2. selamat bu dokter,mencoba membaca postingan ini,menelaahnya tapi tetep gak ngerti hehe...

    apa kabar sahabat...? sibuk dan sehat sellau kan?

    rindu puisi sendumu ^_^

    BalasHapus
  3. ini penyakit gondok itu ya? yg dilehernya ada benjolan besar, iya kan?

    BalasHapus
  4. Postingan informatif dari bu dokter neh. Btw, ini sama gak dengan penyakit gondok...?

    BalasHapus
  5. infonya baguss..
    kalo orang gunung jarang gondokan...

    BalasHapus
  6. halah...berkali kubaca...tetep pusing mba...^_^ hv a great day yaa...pa kabar..?

    BalasHapus
  7. 10 postingan..
    wah...ngamuk.

    nggak berminat CT diganti APTT kah?

    selamat bertugas, semoga selalu sehat

    BalasHapus
  8. Biarpun ngga ngerti tapi tetep berkunjung ....

    Miss u sobat ... :)

    BalasHapus
  9. kekurangan iodium sakit gondok ya mba?

    BalasHapus
  10. ada2 aja nama penyakit penyakit....

    BalasHapus
  11. Kyai Bendoljoyo Mangkuwanito2 September 2010 pukul 03.49

    ayooo tulis terus, curahkan semua ilmumu biar manfaat... masa orang indon kalah ama tetangga sebelah

    BalasHapus

do not leave before say anything, please

follow me and i follow you, but don't forget to leave some coments at my post..