Senin, 24 November 2008

Doaku.......


Di pagi nan sendu

dalam bisu

ku ucap segala doa padaMu

dengarkanlah

karena setelah ku menangis sejenak

ku akan butuh kekuatanMu

untuk mengangkat kepalaku

melangkah lagi dengan berani

yakin ALLAH besertaku...


si Risty baru aja putus
suasana kost jadi gaduh dengan kemarahan yang dilampiaskan ke rak buku n rak peralatan makan..
ya ampun segitunya...
ternyata tiap orang tuh beda-beda dalam menghadapi masalah
Kira-kira jam 3 pagi dia nangis keras2 sampe gw nggak bisa istirahat coz
harus hijrah ke kamar sister ini n ngajak dia berdoa bersama...
menjadi wanita yang kuat memang nggak mudah
dan lebih nggak mudah lagi menjad wanita yang bijak menyikapi hidup
nggak semua hal yang mengakibatkan kerugian di pihak kita harus diselesaikan dengan pembalasan,
karena ternyata yang lebih menyembuhkan lebih dari apapun
adalah PENGAMPUNAN
hati mungkin nggak akan utuh lagi dengan scar yang tertinggal
namun bila bisa mengambil hikmah dari semua yang terjadi
dan kembali menjalani hidup bersama ALLAH
kita akan mnemukan diri kita menjadi lebih kuat dan bijak bersama
YESUS..
what a beautiful name ever..
,,
.
.

RINDU III

p

My Dear,

Kapan rindu begitu menyiksa

dan kau tutup telingamu

tapi tetap dengarkan nyanyiannya?



Kapan rindu begitu menyiksa

dan kau pura-pura tidak tahu

tapi tetap dengarkan bisikannya?....




(where are you,my dear???)

Jumat, 21 November 2008

Can Somebody


/



love at the first sight is so complicated
tapi mo nyesal gimana?
andai waktu bisa diulang
I will choose never to.....

I just whising....

and till now
neva come true..


sekarang jadi tersiksa sendiri..
hampir nggak bisa membedakan mana bayangannya dan mana personanya

F U S I yang sempurna yang bikin gw puuusssiiinnnggg!
waduhhh
ribets bangets!!

ini akibatnya kalau nggak hidup sepenuhnya dalam kenyataan..

yah sudahlah...
cape mikirin ini
mendingan mikir gimana bikin puisi yang baru lagi
mumpung masih bisa produktif seperti sekarang
...........
...
hidup itu enak kalo di nikmati lho..
give your self some break..
..
.
.

Rabu, 19 November 2008

stase Teling (Bedah), 18 November 2008, missing him




Kolestasis





KOLESTASIS


PENDAHULUAN
Kolestasis adalah gangguan dari pembentukan, sekresi dan pengaliran dari empedu mulai dari intra seluler hepatosit, saluran empedu intra dan ekstra-seluler, ekstrahepatik.1 Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada indikator biokimia, fisiologis, morfologis dan klinis.

stase Teling (Bedah), 16 November 2008


.

carikan aku kata

tuk ucapkan rasa

biar jiwa tak resah

dan hilang dalam gulana....



Sabtu, 15 November 2008

Managemen Stoma pada Kolostomi


















Stoma berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘mulut’ atau ‘lubang’. Stoma dibuat lewat prosedur pembedahan (ostomi) yang menghubungkan bagian berlumen ke permukaan kulit dengan tujuan untuk dekompresi, diversi dan evakuasi.
Pembuatan dan managemen stoma gastrointestinal pada anak-anak telah terus berkembang sejak berhasilnya kolostomi yang pertama sekitar tahun 1800-an. Semakin baiknya teknik pembedahan, pengetahuan yang lebih mendetail tentang konsekuensi fisiologi dan psikologi stoma intestinal, dan kemajuan teknik perawatan stoma memberikan kontribusi yang sangat penting  dalam melakukan ostomi yang rasional oleh ahli bedah anak secara khusus dan secara umum penerimaan di dunia medis dan masyarakat. Tapi bagaimanapun merawat seorang anak dengan multipel stoma abdominal bisa sangat mengintimidasi sekaligus menantang, khususnya ketika anatominya begitu tidak jelas dan abnormalitas cairan dan elektrolit sangat sulit untuk dikontrol.
Beberapa perbedaan antara stoma pada orang dewasa daan anak-anak telah diketahui. Kebanyakan stoma pada orang dewasa biasanya di buat pada ileum distal atau kolon untuk penanganan inflamatory bowel disease, keganasan dan trauma; stoma yang lebih proksimal jarang dibuat. Berbeda dengan stoma pada bayi dan anak-anak yang bisa dibuat di mana saja sepanjang traktus gastrointestinalis karena begitu bervariasinya masalah kongenital dan didapat yang mengharuskan dibuatnya stoma. Juga efek dari sebuah stoma pada tumbuh kembang fisik dan emosional merupakan pertimbangan yang harus dipikirkan pada anak.
Walaupun telah ada kemajuan besar dalam formasi stoma dan managemennya, komplikasi awal dan setelahnya pada umumnya bisa terjadi. Untungnya kebanyakan stoma pediatrik hanya untuk sementara, dan dengan begitu komplikasi yang diakibatkannya dapat dihilangkan begitu stoma ditutup. Pengetahuan tentang konstruksi dan fisiologi enterostomal sangat penting untuk penanganan yang optimal pada anak-anak ini.
SEJARAH

Kolostomi telah dilakukan pada penghujung 1800-an untuk menangani obstruksi intestinal. Beberapa dari yang bertahan hidup waktu itu adalah anak-anak dengan atresia ani. Stoma intestinal merupakan suatu prosedur yang drastis dan kebanyakan dipertimbangkan untuk tidak dilakukan karena insidens komplikasi dan mortalitasnya yang tinggi. Namun dengan teknik dan praktek pembedahan yang lebih baik, kebutuhan akan stoma meningkat sejalan dengan bertahan hidupnya anak-anak dengan kondisi fatal ini.
 Sampai penghujung tahun 1700, adanya sumbatan atau obstruksi intestinal hampir merupakan sesuatu hal yang fatal. Pada waktu itu para dokter belum dilengkapi dengan pengetahuan akan antibiotik ataupun teknik operasi yang steril, jadi pembedahan intestinal dilakukan dengan resiko infeksi yang sangat tinggi.  Para dokter waktu itu sedapat mungkin menghindari segala bentuk pembedahan yang dalam hal ini harus membuka peritoneum mengingat bahaya infeksi. Sebagai gantinya pasien diterapi dengan mengkonsumsi logam berat merkuri, pencahar dan enema untuk melancarkan pembuangan feces dari sistem pencernaan. Namun cara-cara ini hanya sedikit sekali membantu pasien.
Seorang ahli bedah Prancis bernama M. Pilore melakukan ostomi pertama pada tahun 1776, setelah semua upaya pengobatan sebelumnya gagal. Tanpa penanganan yang baik semua pasien dengan obstruksi usus adalah fatal. Pada waktu itu Pilore melakukan pembedahan sebagai jalan terakhir untuk mengatasi obstruksi usus dengan cara membuka dinding abdomen pasien sampai ke caecum, kemudian menarik ujung bebas usus melewati abdomen, ke kulit dan di jahit; membuat suatu stoma untuk mengeluarkan feces dari tubuh pasien.
Setelah pembedahan, pasien kemudian menggunakan perangkat ostomi yang pertama yang terdiri dari spon yang ditahan perban elastis pada lubang stoma untuk menyerap cairan dan feces. Walaupun dua minggu kemudian pasien akhirnya meninggal dengan infeksi usus, namun hal tersebut diperparah dengan keracunan merkuri di mana pada otopsi post mortem ditemukan ±1 kilogram merkuri dalam usus pasien.
Satu abad berikutnya, resiko infeksi terus membuat pembedahan abdomen sangat berbahaya, tetapi pada beberapa pasien pembedahan merupakan pilihan satu-satunya. Beberapa dokter tetap berani melakukan pembedahan untuk menangani obstruksi usus  walaupun bisa berakibat fatal. Antara tahun 1716 dan 1839, tercatat 27 kolostomi yang dilakukan, namun hanya 6 pasien yang bertahan hidup. Ostomi menjadi pilihan terakhir sampai teknik pembedahan dan pengobatan mengalami perbaikan.
Ostomi pediatrik termasuk segala macam pembedahan yang membuat lubang yang menghubungkan lumen organ ke kulit baik secara langsung (stoma) maupun menggunakan tabung/selang. Pada bayi dan anak-anak, hampir semua stoma dibuat untuk sementara waktu dan bersifat reversibel. Namun beberapa kondisi medis memerlukan juga stoma yang permanen.


ETIOLOGI

Pada beberapa penyakit, dibutuhkan sebuah stoma atau tabung/slang pada usus. Stoma yang dibuat pada usus halus untuk pasien dengan perforasi intestinal atau iskemia di mana sebuah anastomosis dipertimbangkan tidak aman. Ileostomi proksimal sering dibuat untuk melindungi anastomosis distal setelah pembedahan proktokolektomi pada penyakit familial polyposis atau kolitis ulseratif. Demikian pula kolostomi dugunakan sebelum dan sesudah dilakukan “pull-through” untuk atresia ani atau Hirschprung disease, walaupun banyak ahli bedah sekarang melakukan ”pull-through” tanpa colostomi baik sebelum maupun sesudahnya. Selang sekostomi atau appendikosekostomi Malone digunakan untuk irigasi usus antegrade pada anak-anak dengan konstipasi dan dan beberapa kondisi medis lainnya. Anak-anak dengan luka bakar yang luas di daerah perineum sering kali membutuhkan kolostomi agar luka bisa sembuh dengan kemungkinan infeksi yang diperkecil.

Pasien-pasien dengan keadaan berikut ini membutuhkan stoma:
Ø      Neonatus
-         necrotizing enrterocolitis
-         Hirschprung disease
-         Meconeum ileus
-         Imperforate anus
-         Complex hindgut anomalies
-         Intestinal malrotation
-         Intestinal volvulus
-         Intestinal atresia, stenosis, and webs
-         Esophageal atresia with or without tracheoesophageal fistula
-         Trauma

Ø      Anak-anak dan dewasa
-         Trauma
-         Inflamatory bowel disease
-         Intestinal malrotation
-         Intestinal volvulus
-         Gardner syndrome and other intestinal polyposis syndrome
-         Typhlitis
-         Intestinal pseudo-obstruction


PATOFISIOLOGI
Gambaran patofisiologinya tergantung pada proses penyakit yang mengindikasikan dibuatnya sebuah stoma.


KLINIS

Gambaran klinis tergantung pada diagnosis yang spesifik dan pada umur pasien.


INDIKASI

Stoma di gunakan pada kondisi di mana dibutuhkan diversi, dekompresi atau akses ke lumen usus.


TEKNIK

Skenario klinik dan anatomi yang relevan  dapat mempengaruhi teknik yang digunakan untuk membuat stoma dan lokasi stoma.
Beberapa tipe stoma intestinal telah dikenal. Dalam hal ini skenario klinik sanngat sering menentukan segmen usus mana yang dipilih, tipe stoma yang harus dibuat, dan lokasi eksternalnya. Pada anak-anak, kebanyakan dibuat end atau loop ostomy, walaupun sangat mungkin untuk beberapa variasi yang lain untuk konstruksi ini. Roux-en-Y construction dapat juga dilakukan untuk selang stoma seperti  feeding jejunostomy.
Untuk end stoma, usus dipotong, dan ujung proksimal dikeluarkan lewat dinding abdomen. Bagian distal yang nonfungsional dapat dikeluarkan ujungnya lewat lubang di dinding abdomen yang sama (double barrel stoma), dapat juga lewat lubang yang berbeda (mucous fistula), atau bagian ini bisa ditutup dan ditinggalkan dalam rongga peritoneum (prosedur Hartman). Segmen distal yang ditinggalkan di dalam rongga peritoneum ini kebanyakan oleh para ahli bedah dijahitkan ke dinding abdomen mendekati end ostoma atau menjahitnya dengan benang  nonabsorbable untuk memfasilitasi identifikasi bila stoma akan ditutup.
Loop stoma dibuat dengan mematangkan satu segmen usus di atas sebuah tabung tanpa memotongnya secra komplit. Loop stoma membuat dekompresi yang sangat baik dan menguntungkan karena prosedur pembedahan yang lebih sederhana di mana pada kebanyakan kasus tidak memerlukan laparatomi terpisah. Walaupun demikian, loop stoma tidak secara komplit mengalirkan isi lumen karena isi di proksimal dapat menglir masuk ke distal. Jadi loop stoma dibuat dengan resiko menimbulkan problem dengan feces dibagian distalnya.
Sebuah stoma dekompresi dibuat pada pasien dengan kondisi yang tidak stabil dengan membuka batas antimesenterik tanpa memobilisasi seluruh loop  usus.
Stoma dapat juga dibuat dalam asosiasi dengan sebuah anastomosis untuk proksimal atau di distal untuk irigasi (Bishop Koop dan Santuli stoma). Stoma-stoma ini secara inisial didesain untuk menangani bayi dengan meconium ileus namun juga telah diadaptassi untuk banyak kegunaan lainnya. Pada anak-anak dengan necrotizing enterocolitis, multiple intestinal atresia, atau midgut volvulus di mana anastomosis yang multipel bisa tidak aman dan diinginkan preservasi panjang intestinal, satu atau lebih segmen usus yang diskontinu bisa dieksternalisasikan.
Pada umumnya stoma mudah dirawat bila tidak meradang bersama kulit di sekitarnya. Mengeluarkan sebagian usus yang kemudian dijahitkan ke kulit (teknik Brooke) menghasilkan suatu jaringan yang disebut spigot conformation yang menahan perangkat stoma dan mencegah serositis. Eversi tidak selalu memungkinkan pada neonatus (karena pasokan darahnya masih belum adekuat) dan pada situasi-situasi di mana usus mengalami edema. Pada kasus-kasus ini usus ditinggalkan dan menonjol ke luar kulit tanpa eversi, dan stoma dengan sendirinya menjadi matang sesudah segera mukosa bertumbuh secepatnya menutupi permukaan serosa yang terekspos.




LOKASI STOMA

Stoma intestinal dapat dibuat di leher, dada, atau abdomen. Abdomen merupakan tempat yang sangat sering sejauh ini. Enterostomi daapt dibuat pada dinding abdomen melalui laparatomi atau pada tempat berbeda yang lain. Secara teori kerugian pembuatan stoma melalui prosedur laparatomi yang luas adalah infeksi luka operasi, dehisensi, dan eviserasi.
Bila secra klinis bisa dilakukan, posisi primer juga posis alternatifnya sudah harus ditetapkan dan ditandai sebelum pembedahan. Lokasi ideal stoma abdomen pada anak-anak yang lebih besar dan remaja sama dengan pada orang dewasa. Stoma dibuat agak jauh dari tempat insisi, memlewati bagian tengah muskulus rektus, dan jauh dari lpatan kulit (lipat paha dan flank), prominensia tulang (arcus costa, spina iliaca) dan imbilicus.
Lokasi stoma pada bayi dan neonatus mengikuti prinsip yang sama jika memungkinkan; walaupun harus dipikirkan ukuran dinding abdomen yang kecil pada bayi dan mesenterium yang pendek dari bagian usus yang dipilih untuk membuat stoma sering membatasi. Untuk stoma temporer pada bayi, usus bisa dibawa ke luar langsung atau melalui umbilikus. Hal ini akan memudahkan untuk meletakkan perangkat stoma dan secara kosmetik akan meninggalkan skar yang tidak terlalu kentara ketika stoma ditutup.

KONTRAINDIKASI

Tidak ada spesifik kontra indikasi untuk menggunakan intestinal stoma yang dikenal selain kontra indikasi pembedahan secara umum.


LABORATORIUM

Investigasi laboratorium tergantung pada indikasi pembuatan stoma.

RADIOLOGI

Gambaran radiologi dibuat sebagai bagian dari evaluasi spesifik terhadap proses penyakit dan dapat dilakukan dengan membuat
-         X-Foto polos abdomen
-         Contrast enema examination
-         CT-scanning
-         USG

PROSEDUR DIAGNOSIS
Biopsi intestinal; pada beberapa kasus di mana kolostomi atau ileostomi dilakukan untuk mengatasi obstruksi intestinal yang tak jelas etiologinya, biopsi mukosa bisa sangat membantu untuk menyingkirkan kemungkinan Hirschprung disease.




PENANGANAN
Sebuah stoma dibuat untuk menangani beberapa penyakit bedah di mana tidak ada lagi alternatif pengobatan lain yang bisa dilakukan.
Pembedahan yang dilakukan tergantung pada penyakit spesifik tang ditangani. Perlukaan pada pada rektum dan sfinkter susah diperbaiki dalam kondisi biasa. Perlukaan kecil mungkin bisa sembuh secara primer, tetapi pada yang lebih besar harus dilakukan laparatomi eksplorasi untuk menyingkirkan kemungkinan perlukaan di abdomen dan dalam hal ini kolostomi diperlukan, kemudian dilakukan debrideman.  Sfinkter ani bisa direkonstruksi berikutnya.
Stoma dapat dibuat baik pada kondisi darurat maupun elektif. Dokter, terapis enterostomal maupun perawat harus menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang ostomi ini. Persiapan demikian bisa mengurangi kecemasan dan membuat perawatan postoperasi nantinya lebih mudah. Bila semuanya berjalan baik, usus sudah harus dipersiapkan secara mekanis dan antibiotik profilaksis; namun bisa diabaikan pada kondisi darurat.

KOMPLIKASI

-         Iritasi kulit (kimiawi, mekanis, alergi)
-         Obstruksi intestinal (adhesi/perlekatan, volvulus, internal hernia
-         Infeksi
-         Prolapsus
-         Retraksi
-         Striktura
-         Fistula
-         Ulserasi
-         Leakage (kebocoran)
-         Perdarahan
-         Hernia parastomal
-         Cairan dan electrolite imbalance
-         Trauma psikologis
PERAWATAN

-         Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokassi stoma dadal indikator letak lokasi pemtongan usus dan prediktor tipe drainasi fekal.
-         Kaji tampilanstoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin. Pengkajian stoma dan kondisi kulit penting di awal periode post operasi, kalau-kalau terjadi komplikasi untuk segera ditangani.
-         Posisi kantong penampung drain di ats stoma. Biasanya drainase dapat berisi lebih banyak mukus dan cairan serosanguineous dari pada material fekal. Mulainya usus berfungsi, fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada stoma di bagian lokasi usus.
-         Kolostomi desending atu sigmoid dapat ditangani dengan mengunakan kantong drainable atai irigasi. Pola eliminasi normal dari kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola eliminasi normal pasien sebelum operasi. Banyak pasien akan buang air besar tiap hari dan tidak teru-menerus menggunakan kantong atau sistem drainase. Untuk lebih aman gunakan kantong transparan.
-         Bila perlu, berikan kantong ostomi untuk pasien double-barrel atau kolostomi loop, irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian digital/ dengan jari pada usus langsung dari stoma dapat menolong membedakan yang mana stoma proksimal. Kadang-kadang dapat diirigasi hanya untuk membersihkan terutama reanastomosa.
-         Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong kolostomi bila diperlukan atau telah penuh 1/3 bagian kantong. Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak kantong dan perekat dan menyebabkan kebocoran.
-         Pasien dengan kolostomi asending atau transverse tidak dilakukan irigasi. Hanya sebagian kolon berfungsi, dan drainase fekal umumnya cair dan terus-menerus.
-         Berikan perawatan stoma dan kulit pada pasien. Perawatan kulit dan stoma yang baik pada pasien penting untuk mempertahankan integritas kulit dan fungsi untuk pertahanan terhadap infeksi.
-         Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma (stomadhesive) atau “ karaya paste” dan “wafer” (bubuk obat) yang dibutuhkan untuk menjaga keamanan kantong ostomi. Ini kadang-kadang penting bagi pasien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi pasien dengan kolostomi loop tranverse adalah untuk menjaga keamanan kantong stoma di atas jembatan plastik.
-         Sebuah lubang pada kantong ostomi akan menyalurkan flatus keluar. Lubang ini dapat di tutup dengan band aid dan dibuka hanya bila pasien mandi untuk kontrol bau. Kantong ostomi dapt menggembung ke luar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul terlalu banyak.

Senin, 03 November 2008

the Smile, Juni 2005

I just ask a smile

please do not give me more

though smile is something easy to give



I just ask a smile

one of the best you have

though I can see that no more...


gh

gw meng-sms orang yang sudah sangat jauh di Hongkong (HK beneran niy)
dan waktu itu di balas

"here is my smile
^_^
and with bonus a wink
^_*
just for you
keep smiling, Nit.."

thanks, Bar
for the white chocolate
and for the smile with a wink..
..
.

Minggu, 02 November 2008

Autisme / Autism


Autis merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini mengganggu  perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan.
            Untuk mendiagnosis gangguan autis tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih, seperti brain mapping, CT-scan, dan MRI. Pemeriksaan-pemeriksaan itu hanya dilakukan jika ada indikasi tambahan, misalnya anak sering kejang, baru dilakukan brain mapping atau EEG untuk melihat apakah mengidap epilepsi.

SEKILAS SEJARAH AUTIS


            Autis bukanlah masalah baru, karena sudah ada sejak zaman dahulu. Kalau kita membaca cerita-cerita lama, kita mungkin pernah membaca tentang anak yang dianggap “aneh” karena sejak lahir sudah menunjukkan gejala-gejala tidak normal. Ia meronta jika digendong, selalu menangis di malam hari, dan banyak tidur di siang hari. Ia bicara sendiri dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang-orang di sekitarnya. Kalau marah ia menjadi agresif, menyerang, mencakar, menjambak, menggigit, atau menyakiti diri sendiri. Ia tertawa sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya bercanda. Maka para orang tua di Barat mengatakan bahwa anak ini “anak tertukar” (a changeling) dengan anak peri jahat dan karena tidak bisa menyesuaikan diri dalam kehidupan manusia, jadilah dia anak yang aneh. Kalau dipikir dengan baik maka anak yang dianggap tertukar ini bisa jadi anak autistik yang telah menunjukkan gejala autis sejak lahir.

DIAGNOSIS AUTIS


            World Health Organization (WHO) telah merumuskan kriteria diagnosis autis. Rumusan ini dipakai di seluruh dunia, yang dikenal dengan ICD-10 (International Classification of Disease) 1993.
            Rumusan diagnosis lainnya yang dapat dipakai menjadi panduan adalah DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri Amerika Serikat. Isi ICD-10 maupun DSM-IV sebenarnya sama.


Kriteria Autis Masa Kanak


Jika orang tua sudah mengetahui kriteria anak autis sejak dini maka gejala autis dapat dengan mudah dideteksi.
    Berikut ini kriteria autis masa kanak-kanak:
1.      Harus ada minimum dua gejala dari (a), dan masing-masing satu gejala dari (b) dan (c).
a.       Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal-balik
Ø      Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang memadai, seperti kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, dan gerak-geriknya kurang tertuju.
Ø      Tidak dapat bermain dengan teman sebaya.
Ø      Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Ø      Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b.      Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
Ø      Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain berbicara).
Ø      Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
Ø      Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
Ø      Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
c.       Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan.
Ø      Mempertahankan satu permintaan atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebihan.
Ø      Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
Ø      Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
Ø      Seringkali sangat terpukau pada benda.

2.      Adanya keterlambatan atau gangguan dalam interaksi sosial, bicara dan berbahasa, dan cara bermain yang kurang variatif sebelum umur tiga tahun.
3.      Tidak disebabkan oleh sindrom rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak.
Dengan mempelajari kriteria diagnostik DSM-IV, orang tua bisa mendiagnosis sendiri, apakah anaknya autis atau tidak.
Seorang ibu yang berpengalaman dan cermat tentu bisa melihat perubahan pada anaknya jika sesuatu terjadi, seperti  jika bayinya menolak kontak mata, lebih senang main sendiri, tidak responsif terhadap suara, dan bicaranya tidak berkembang normal.
Kadang-kadang anak autis pun dapat berkembang normal. Namun, pada usia tertentu terjadi gangguan perkembangan dan akhirnya mengalami kemunduran. Jika kondisi ini terjadi, orang tua harus mencurigainya dan waspada. Segera konsultasikan dengan ahlinya untuk menghindari kesalahan diagnosis.
Memang, terkadang kesalahan diagnosis masih terjadi. Hal ini disebabkan seringnya gangguan atau penyakit lain yang menyertai autis, misalnya hiperaktivitas, epilepsi, retardasi mental, dan sindroma Down. Seringkali perhatian perhatian tertuju pada gangguan penyerta sehingga gangguan autis sendiri luput terdiagnosis. Tentu, hal ini merugikan karena terapi atau penatalaksanaan akhirnya hanya tertuju pada gangguan penyerta.

TERAPI AUTIS

Terapi autis harus terpadu.
            Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan. It isn’t curable but treatable (tidak dapat disembuhkan, tapi dapat ditanggulangi), dengan terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala-gejala autis dapat dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak dapat bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya, bahkan membina keluarga. Hal ini dikarenakan intervensi dini membuat sel-sel otak baru tumbuh, menutup sel-sel lama yang rusak.
            Jika anak autis tidak atau terlambat mendapat intervensi hingga dewasa maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak tertanggulangi. Melalui beberapa terapi, anak autis akan mengalami kemajuan seperti anak normal lainnya. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor berikut ini:
Ø      Berat ringannya gejala, tergantung pada berat-ringannya gangguan dalam sel otak.
Ø      Makin muda umur anak saat terapi dimulai, semakin besar kemungkinan berhasil. Umur ideal adalah 2-5 tahun, saat sel otak masih bisa dirangsang untuk membentuk cabang-cabang neuron baru.
Ø      Makin cerdas anak makin cepat menangkap hal-hal yang diajarkan.
Ø      Kemampuan bicara dan berbahasa, tidak semua penyandang autis berhasil mengembangkan fungsi bicara dan berbahasa. Dua puluh persen penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya ada yang bisa berbicara tetapi sulit dan kaku, ada pula yang bisa bicara lancar. Tentu saja, mereka yang fungsi bicaranya dan berbahasanya baik akan lebih mudah diajar berkomunikasi. Anak autis yang tidak bisa bicara (non verbal) bisa diajarkan keterampilan komunikasi cara lain, yaitu dengan mesin tik, gambar-gambar (PEC, COMPIC), atau bahasa isyarat.
Ø      Intensitas terapi yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif. Sebaiknya terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari. Di samping itu, seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi dengan anak, sejak anak bangun pagi hingga tidur si malam hari.
            Berbagai jenis terapi bagi anak autis, antara lain terapi perilaku (behavior therapy), terapi okupasi, terapi wicara (speech therapy), terapi biomedis, terapi medikamentosa, dan pendidikan khusus. Sebaiknya, sebelum terapi setiap anak mendapat evaluasi lengkap dari dokter dan terapis, dengan kurikulum individual berdasarkan kebutuhan dan kemampuan anak dalam setiap bidangnya. Berikut ini beberapa terapi bagi anak autis:
1.      Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan, dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang. Dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
2.      Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
3.      Terapi wicara
Umumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.
4.      Terapi perilaku
Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurang perilaku tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
5.      Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang baik, antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan keterampilan otot halus anak.
            Selain itu anak autis juga membutuhkan pendidikan khusus yaitu pendidikan intelektual terstruktur yang diterapkan dengan sistem satu guru-satu anak. Sistem ini paling efektif karena tidak mungkin anak autis memusatkan perhatian dalam satu kelas besar.

PERAN ORANG TUA BAGI ANAK AUTIS

            Banyak hal yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis. Pertama, memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui ada tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati. Pilihlah dokter yang kompeten. Umumnya, adalah dokter anak yang menangani autis, dokter saraf anak, dan dokter rehabilitasi medik.
            Idealnya, orang tua harus membina komunikasi dengan dokter. Hal ini dikarenakan kerjasama orang tua dengan dokter, keterbukaan orang tua tentang tentang kondisi anak, dan kesediaan mengikuti aneka pengobatan atau treatment yang disarankan akan mempengaruhi kemajuan anaknya dan merupakan sarat mutlak.
            Komunikasi yang baik antara dokter dengan orang tua terlihat dari kemampuan orang tua memperoleh informasi mengenai kondisi anak. Jadi, pada saat berobat bukan hanya datang, anak diperiksa, diberi resep obat, lalu pulang. Jika itu yang terjadi, maka waktu dan biaya yang dikeluarkan akan sia-sia.
Carilah dokter lain yang dapat memahami penyakit anak jika orang tua menganggap dokter kurang kooperatif atau tidak memberikan konsultasi memadai. Jangan fanatik pada satu dokter karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Jika kondisi ini terjadi, bukan tidak mungkin orang tua akan buta pada apa yang terjadi pada anaknya.
Hal yang tidak kalah penting adalah jangan bohongi dokter saat konsultasi, misalnya menutup-nutupi salah satu gejala yang dialami anak. Kejujuran orangtua dalam menceritakan kondisi keseharian anak akan sangat membantu dokter mengevaluasi kondisi anak yang dapat mempengaruhi kemajuan anak.
Orang tua juga harus memperkaya pengetahuannya mengenai autis, terutama pengetahuan mengenai terapi yang tepat dan sesuai dengan anak. Hal ini sangat penting karena fasilitas terapi di Indonesia masih sangat terbatas dan ahlinya pun masih langka. Selain itu, orang tua juga perlu menguasai terapi karena selalu bersama anak, sedangkan pengajar atau terapis hanya sesaat dan saling bergantian. Berdasarkan pengalaman beberapa ahli autis di Jakarta, orang tua yang ikut melaksanakan terapi secara intensif terhadap anaknya, akan memperoleh hasil memuaskan, anak menunjukkan kemajuan sangat pesat. Sebelum terapi dimulai, perlu diinformasikan bahwa orang tua juga terlibat dan tidak ada terapi yang dilakukan tanpa persetujuan orang tua. Untuk mengoptimalkan terapi, perlu adanya kerjasama orang tua dan pertemuan berkala antara orang tua dengan terapis untuk mengevaluasi program aupun terapi itu sendiri.
Hal yang juga sangat membantu orang tua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orang tua autis. Usahakan bergabung dalam parents support group. Selain untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi pengalaman, informasi, dan pengetahuan.
Selain orang tua juga harus bertindak selaku manager saat terapi dilakukan, misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancarai terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersama tim, juga mampu memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, terapisan, dan pengobatan anak.
Terapis harus mempunyai perilaku profesional termasuk mematuhi jam kerja dan menginformasikan jika mereka akan datang terlambat atau tidak datang.
Lingkungan rumah tangga juga dapat menjadi suatu lingkungan terapi yang ideal bagi anak autis.



DAFTAR PUSTAKA


1.      Bonny Danuatmaja: Terapi Anak Autis di Rumah. Puspa Swara, 2003.
2.      Melly Budiman, dkk: Langkah Awal Menanggulangi Autis, Nirmala, 2002.

follow me and i follow you, but don't forget to leave some coments at my post..