Rabu, 14 Juli 2010

Dengue Shock Syndrome Grade IIIa

Dengue Syok Sindrome adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue. Sekitar 30-50% penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian, terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.1-2
Dari data yang diperoleh dari Menteri Kesehatan Achmad Sujudi, hingga saat ini kasus DBD di tanah air telah mencapai 19.031 kasus, sekitar 12.255 kasus yang mengalami renjatan dan 336 di antara para korban itu telah meninggal dunia. Sementara itu, jumlah penderita DBD 1 Januari-29 Februari 2004 di DKI Jakarta sebanyak 6.431 orang, sekitar 4.184 yang mengalami renjatan dan 58 orang diantaranya meninggal dunia.3
Patofisiologi terjadinya Dengue Syok Sindrome adalah terjadinya peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstisial sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.1,4
Menurut klasifikasi WHO (1975) DSS merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan.5,6
Indikator Fase Syok meliputi : terjadi pada hari sakit ke 4 sampai 5, Suhu turun , nadi cepat dan lemah tanpa demam, tekanan nadi menurun / hipotensi dan leukopenia, trombosit < 100.000/mm3. 7 Manifestasi klinis dari DSS antara lain : 1-7 a.Timbul renjatan Timbulnya renjatan pada DBD biasanya terjadi pada saat atau setelah demam menurun, yaitu hari ke-3 dan ke-7 , bahkan renjatan dapat terjadi pada hari ke-10. Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri dari : Kulit pucat, dingin dan lembab, terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung. Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun menjadi apatis, sopor, koma. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Tekanan nadi menurun 20 mmHg atau kurang. Tekanan sistolik menurun 80 mmHg atau kurang. Oligouria sampai anuria. b.Panas Panas merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan. Panas bersifat terus-menerus atau kontinyu dan tidak memberi reaksi positif terhadap pemberian antipiretik. c.Hepatomegali d.Manifestasi klinis lainnya berupa : Sakit perut, anoreksia, diare/obstipasi, kejang-kejang, efusi pleura dan asites. Manifestasi perdarahan pada DSS bervariasi dari yang paling ringan yaitu uji tourniquet positif sampai timbul perdarahan spontan berupa petekie dengan lokasi biasanya tersebar di seluruh tubuh, tersering di anggota gerak terutama anggota gerak bawah, muka dan axial. Ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna berupa hematemesis atau melena. 1-7 Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan : 1-7 a.Hemokonsentrasi : yaitu terjadinya peningkatan nilai hematokrit > 20%.
b.Trombositopenia : yaitu bila terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000/mm3.

Pada pemeriksaan elektrolit dapat diperoleh hasil : hiponatremi, hiperkalemia, hiperkloremia ringan, asidosis metabolik ringan, osmolalitas plasma menurun, tekanan onkotik menurun, protein plasma sangat menurun, serum transaminase sedikit meninggi.2
Hingga kini diagnosis DBD dan DSS masih berdasarkan patokan yang telah dirumuskan oleh WHO 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorik dengan syarat bila kriteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik (satu diantaranya panas).5
Penatalaksanaan kasus DSS antara lain : 6-8
1.Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan Ringer Laktat 10-20 ml/kgBB secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap diberikan Ringer Laktat 20 ml/kgBB ditambah koloid 20-30 ml/kgBB/jam, maksimal 1500 ml/hari.
2.Pemberian cairan 10 ml/kgBB/jam tetap diberikan sampai 24 jam pasca syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam dan selanjutnya 5 ml, 3 ml apabila tanda vital baik
3.Jumlah urine 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.
4.Pada umumnya cairan tidak perlu lagi dalam 48 jam setelah syok teratasi.
5.Oksigen 2-4 L/menit pada DSS
6.Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit.
7.Indikasi pemberian darah : terdapat perdarahan secara klinis., setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit turun, diduga telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgBB.
Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan DIC pada syok berat yang menimbulkan perdarahan masif. Pemberian transfusi suspensi trombosit pada DIC harus selalu disertai plasma segar untuk mencegah perdarahan lebih hebat. 5
Komplikasi yang sering dijumpai pada DBD dan DSS adalah gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia, hipokalsemia) dan overhidrasi yang dapat menimbulkan edema paru akut dan/atau gagal jantung kongestif yang berakhir dengan gagal napas dan kematian. 8
Kematian telah terjadi pada 40-50% penderita dengan syok, tetapi dengan perawatan yang intensif kematian dapat berkurang dari 2%. 9-10

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Seorang anak JS, laki-laki, 7 tahun 11 bulan, berkebangsaan Indonesia, keturunan suku Minahasa, dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 108 cm, tinggal di Sagrat lingkungan 1, masuk Bagian Anak RSU Prof Kandou Manado pada tanggal 4 Mei 2008 pukul 23.00 WITA dengan keluhan pucat 1 bulan, panas kira-kira 1 bulan sumer-sumer.

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pucat dialami penderita sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya penderita ada bengkak pada muka dan kaki. Penderita sudah pernah dirawat di rumah sakit lalu penderita dikatakan menderita penyakit ginjal dan pasien pulang paksa.
Penderita juga mengalami demam yang sumer-sumer kira-kira sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Panas hilang timbul dan tidak pernah menjadi tinggi.
Perut penderita dirasakan semakin membesar, nyeri perut tidak dirasakan. Tidak ada bengkak di tangan dan kaki.
Pasien sering merasa pusing, lemah, dan lesu kira-kira 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk/beringus tidak ada.
Riwayat bermain dan aktivitas fisik sebelumnya tidak ada keluhan. Riwayat sesak waktu tidur tidak ada. Riwayat buang air besar normal, tidak mencret, mual/muntah tidak ada. Riwayat buang air kecil normal.

Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Keadaan Sosial, ekonomi dan lingkungan
Rumah beratap katu, dinding bulu, lantai tanah, jumlah kamar 1 ruangan, dihuni oleh 2 orang dewasa dan 4 orang anak. WC/ kamar mandi di luar rumah, sumber air minum dari sumur, sumber penerangan listrik tidak ada, penanganan sampah dengan dibuang pada tempat sampah umum.

Anamnesis Antenatal
Selama kehamilan, ibu penderita dalam keadaan sehat dan tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan serta merokok dan minum alkohol, pemeriksaan antenatal care tidak teratur di dokter sebanyak 4 kali dengan penyuntikan imunisasi TT sebanyak 2 kali.

Anamnesis Makanan
ASI : Lahir-1 bulan
PASI : -
Bubur susu : -
Bubur halus : 6 bulan - 8 bulan
Bubur saring : 8 bulan – 9 bulan
Nasi lembek : 9 bulan – 12 bulan

Penyakit yang sudah pernah dialami
Morbili : +
Batuk/pilek : +




Kepandaian/Kemajuan bayi
Pertama kali membalik : 4 bulan
Pertama kali tengkurap : 7 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 12 bulan
Pertama kali berdiri : 12 bulan
Pertama kali berjalan : 16 bulan
Pertama kali tertawa : 3 bulan
Pertama kali berceloteh : 7 bulan
Pertama kali memanggil mama : 12 bulan
Pertama kali memanggil papa : 12 bulan

Imunisasi
BCG : 1X
Polio : 1 x
DPT : -
Campak : 1x
Hepatitis : -

Family Tree












PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 6 Januari 2008 jam 17.00 WITA
Umur : 5 tahun 9 bulan
Berat badan : 23 kg  Berat Badan Normal (Berdasarkan Kurva CDC 2000)
Panjang badan : 120 cm  Tinggi Badan Normal (Berdasarkan Kurva CDC 2000)
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Baik (Berdasarkan Kurva CDC 2000)
Tanda vital : T : 80/60 mmHg N : 136 x/m R : 32 x/m Sb : 36,50C
Kulit : Warna kuning langsat
Kepala : Bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Exopthalmus / enopthalmus tidak ada, tekanan bola mata normal
pada perabaan.
Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
Terdapat edema pada kedua palpebra.
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Sekret tidak ada, pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir tidak kering dan tidak sianosis, lidah kotor tidak ada, karies
pada gigi tidak ada, perdarahan dan hiperemis pada gusi tidak ada,
bau pernapasan normal.
Tenggorokan : Tonsil T1 / T1 hiperemis (-)
Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada, kaku kuduk tidak ada
Thoraks : Bentuk simetris normal, rachitis rosary tidak ada, ruang intrcostal normal, retraksi intercostal tidak ada, precordial bulging tidak ada, pernapasan paradoksal tidak ada
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, rhonki -/-,
Wheezing -/-
Jantung : Denyut jantung : 136 x/m, iktus cordis tidak tampak
Batas kiri jantung : linea midclavicula sinistra
Batas kanan jantung : linea parasternalis dekstra
Bunyi jantung : Bising (-)
Abdomen : cembung, agak tegang, bunyi usus (+) normal, turgor kulit kembali cepat
Hepar : 3-3 cm bac Lien : tidak teraba
Genitalia : laki-laki normal
Ekstremitas : Akral dingin, edema pretibial -/-
Tulang belulang : Normal
Otot : Eutrofi
Reflek-refleks : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

DIAGNOSIS KERJA
DSS Grade IIIA dalam terapi 1 jam

PENATALAKSANAAN
- Oksigen 2-4 liter / menit
- Infus Ringer Laktat 20 cc/kgBB secepatnya  460 cc secepatnya.
- Infus plasma segar 10 cc/kgBB  230 cc plasma
- Dopamin 3,3 cc dalam 100 cc D5%  4 gtt/mnt. (pukul 18.00)
- Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (1)
- Pasang kateter



Hasil Laboratorium tgl 6 Januari 2008
Ht : 51,4 vol% - Leukosit : 6.600 /mm3
Hb : 16,5 gr/dl - trombosit : 69.000 /mm3

Pukul 18.00 : Infus Ringer Laktat diturunkan jadi 10 cc/kgBB/jam  230 cc/jam  76-77 gtt/mnt. (T : 90/60 mmHg, N : 120 x/m, R : 32 x/m, SB : 36,50C, Diuresis : 25 cc / jam, PCV : 40 vol %).

ANJURAN
- Darah lengkap - Takar Urine
- PCV rutin - Observasi tanda-tanda vital tiap jam.


FOLLOW UP
7 Januari 2008
Keluhan : perut kembung(+), napas sesak (+)
Kedaan umum :tampak sakit Kesadaran : compos mentis
T : 90/60 mmHg N : 108 x/m R : 44 x/m S : 36,70 C
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-).
Edema palpebra +/+
Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-)
Cor : bising (-)
Pulmo : rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal,
Hepar : 3-3 cm b.a.c Lien : tak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 “, edema (+) Diagnosa : DSS Grade IIIA dalam terapi 15 jam Terapi : - Oksigen 2-4 liter / menit - Infus Ringer Laktat 7 cc/kgBB/jam  161 cc / jam  53-54 gtt/mnt. - Dopamin 3,3 cc dalam 100 cc D5%  4 gtt/mnt. - Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (2) Anjuran : pemeriksaan darah lengkap, GDS, BUN, serum kreatinin, SGOT, SGPT, IgG dan IgM antidengue, AGD. Laboratorium tanggal 7 Januari 2008 : Ht : 33,9 vol% - Leukosit : 5000 /mm3 - Hb : 11,3 gr/dl - Trombosit : 380.000/mm3 Pukul 17.00 : Infus Ringer Laktat diturunkan jadi 5 cc/kgBB/jam  115 cc/jam  38-39 gtt/mnt. (T : 90/60 mmHg, N : 120 x/m, R : 44 x/m, SB : 36,50C, Diuresis : 26 cc / jam, PCV : 36 vol%). 8 Januari 2008 Keluhan : perut kembung(+), napas sesak (+) Kedaan umum : Tampak sakit Kesadaran : compos mentis T : 100/70 mmHg N : 104 x/m R : 46 x/m S : 36,70 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Edema palpebra +/+ Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki +/+, wheezing +/+ Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 3-3 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 “, rash (+), edema (+), scrotal edema (+). Diagnosa : DSS Grade IIIA dalam terapi 40 jam Terapi : - Oksigen 2-4 liter / menit - Infus Ringer Laktat 3 cc/kgBB/jam  69 cc / jam  28 gtt/mnt. - Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (3) - Injeksi Furosemide 1,5 mg i.v (Jam 12.00) - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth Anjuran : GDS, BUN, serum kreatinin, SGOT, SGPT, Na, K, Cl, Ca. Laboratorium tanggal 8 Januari 2008 : Ht : 37,1 vol% - Leukosit : 9800 /mm3 - Hb : 13,1 gr/dl - Trombosit : 267.000/mm3 - Na : 130 mEq/L - K : 3,1 mEq/L - Ca : 7,3 mEq/L 9 Januari 2008 Keluhan : sesak berkurang Kedaan umum : Tampak sakit Kesadaran : compos mentis T : 100/60 mmHg N : 100 x/m R : 24 x/m S : 36,80 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki +/+ basal, wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 3-3 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 “, edema (+), scrotal edema (+). Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Infus Ringer Laktat 8 gtt/mnt - Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (4) - Injeksi Furosemide 1,5 mg i.v - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth - Aff kateter 10 Januari 2008 Keluhan : sesak berkurang , panas (-) Kedaan umum : Tampak sakit Kesadaran : compos mentis T : 110/70 mmHg N : 100 x/m R : 40 x/m S : 36,50 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki ±/± , wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 3-3 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat, edema (+), scrotal edema (+). Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Infus Ringer Laktat 8 gtt/mnt - Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (5) - Aspar K 3x1 tab - Interpect 3x1 cth - Dumocalsin 3x400 mg - Injeksi Lasix 2x10 mg (terakhir hari ini) 11 Januari 2008 Keluhan : sesak berkurang , panas (-) Kedaan umum : Tampak sakit Kesadaran : compos mentis T : 100/70 mmHg N : 92 x/m R : 32 x/m S : 37,20 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki -/- , wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 3-3 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Infus Ringer Laktat 8 gtt/mnt - Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr i.v (6) - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth - Dumocalsin 3x400 mg - Cefixime syp 2x1 cth Laboratorium : Ht : 36,3 vol% - Leukosit : 79.000 /mm3 - Hb : 12,4 gr/dl - Trombosit : 235.000/mm3 12 Januari 2008 Keluhan : sesak berkurang , panas (-) Belum BAB Kedaan umum : Tampak sakit Kesadaran : compos mentis T : 100/70 mmHg N : 90 x/m R : 28 x/m S : 36,70 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki -/- , wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 2-2 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Ceptik syrup 2x1 cth - Dulcolactol syrup 2x5 ml - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth - Dumocalsin 3x400 mg 13 januari 2008 Keluhan : (-) Kedaan umum : cukup Kesadaran : compos mentis T : 100/70 mmHg N : 84 x/m R : 28 x/m S : 36,50 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki -/- , wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 2-2 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Ceptik syrup 2x1 cth - Dulcolactol syrup 2x5 ml - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth - Dumocalsin 3x400 mg 14 Januari 2008 Keluhan : (-) Kedaan umum : cukup Kesadaran : compos mentis T : 110/70 mmHg N : 84 x/m R : 32 x/m S : 36,50 C Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera iktrik -/-, PCH (-). Toraks : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-) Cor : bising (-) Pulmo : rhonki -/- , wheezing -/- Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal, Hepar : 2-2 cm b.a.c Lien : tak teraba Ekstremitas : akral hangat Diagnosa : Post DSS Grade IIIA Terapi : - Ceptik syrup 2x1 cth - Dulcolactol syrup 2x5 ml - Aspar K 3x1 tab - Ambroxol 3x1 cth - Dumocalsin 3x400 mg Pasien sudah diperbolehkan pulang. DISKUSI Yang akan didiskusikan pada penderita ini adalah Dekompensasi Kordis. Pada pasien ini didapatkan adanya keluhan panas tinggi yang timbulnya mendadak dan tidak turun dengan pemberian obat antipiretik disertai nyeri perut tanpa muntah. Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi dan palpasi didapatkan adanya pembesaran hepar 3-3 cm bawah arkus costa, akral dingin dan tanda vitalnya : tensi 80/60 mmHg, nadi 136 kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, suhu badan 36,50C. Dari pemeriksaan laboratorium diperoleh hasil hematokrit meningkat, leukopenia dan trombositopenia. Sesuai dengan kepustakaan, untuk menegakkan diagnosis DHF/DSS harus memenuhi kriteria WHO tahun 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorik dengan syarat bila kriteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik (satu diantaranya panas). Kriteria klinis meliputi : Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari Manifestasi perdarahan, termasuk tes torniqut positif dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahn gusi), hematemesis dan melena. Hepatomegali Syok yang ditandai oleh nadi cepat dan lemah disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah turun (tekanan sistol menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit teraba dingin dan lembab, terutama pada jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut. Kriteria laboratorium meliputi : Trombositopenia ( < 100.000/mm3) Hemokonsentrasi (Nilai hematokrit > 20% dari nilai normal).


Berdasarkan derajat beratnya penyakit, WHO (1975) membagi menjadi 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi, yaitu :
Derajat I : demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas dan sat-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif.
Derajat II : derajat I dengan perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi (sistolis ≤ 80 mmHg) disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
Derajat IIIA : tekanan darah ≥ 80/60 mmHg (tekanan nadi = 20)
Derajat IIIB : tekanan darah ≤ 80/60 mmHg (tekanan nadi < 20)
Derajat IV : derajat III ditambah syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tak terukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis, dan asidosis.
Derajat IVA : tekanan darah tak terukur, nadi tak teraba
Derajat IVB : tekanan darah tak terukur, nadi tak teraba, sianosis, asidosis metabolik, kesadaran menurun.
Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan sedang derajat III dan IV disebut DHF/DBD dengan renjatan atau DSS.
Pada pasien ini, kriteria klinis dan kriteria laboratorium menurut WHO (1975) telah terpenuhi. Kemudian, menurut derajat penyakitnya tergolong pada derajat IIIA. Sehingga penderita didiagnosis dengan DSS Grade IIIA.
Penderita diterapi dengan pemberian oksigen untuk mempertahankan suplai oksigen yang cukup ke organ-organ vital seperti otak, jantung dan paru, cairan intravena larutan Ringer Laktat untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar dari pembuluh darah akibat terjadinya kebocoran plasma, pemberian plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah, dopamine untuk mempertahankan kontraksi otot jantung, antibiotik (ceftriaxone) sebagai profilaksis terjadinya infeksi sekunder, Furosemide untuk mengurangi edema yang timbul akibat overhidrasi cairan, Aspar K dan Dumocalsin diberikan untuk koreksi hipokalemia dan hipokalsemia yang terjadi pada penderita.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena diagnosis ditegakkan dengan cepat dan terapi yang diberikan juga telah adekuat.

























DAFTAR PUSTAKA

1.Rampengan TH. Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 2008. h.128-47.
2.Behrman, Kliegman, Arvin. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.
h. 155-6.
3.Gatot D. Sindrom Syok Dengue.
Diunduh Dari : http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=53.
Diakses pada tanggal 15 Januari 2008.
4.Anne G, Peter H, Samuel K. Dengue and Dengue Hemorragic Fever. Dalam : Krugman's Infectious Diseases of Children 11th edition. Philadelphia : Mosby. 2003. h. 195-200.
5.William WH. Dengue Hemorragic Fever. Dalam : Current Pediatric Diagnosis and treatment Edisi 16. Europe : M Grow-Hill Education. 2003. h. 44-5.
6.Ikatan Dokter Anak Indonesia. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. h. 99-108.
7.Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, dkk. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI. 2000. h. 419-27.
8.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat. Buku Pedoman Diagnosis dan terapi. Manado : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat. 2001. h.118-120.
9.Purnama M. Sindrom Syok Dengue. Diunduh dari : http://www.sima- maalang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=23&Itemid=31.
Diakses pada tanggal 15 Januari 2008.
10.Wiratno L. Sindrom Syok Dengue.
Diunduh dari : http://www.emedicine.com/med/topic528.htm.
Diakses pada tanggal 15 Januari 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

do not leave before say anything, please

follow me and i follow you, but don't forget to leave some coments at my post..