1.
Berapa
lamakah waktu yang dibutuhkan setelah penghentian pemberian KB suntik hingga
fertilitas dan menstruasi yang regular dapat terjadi ? Mengapa ?
Jawab :
Setiap orang berbeda-beda tergantung pada lamanya
siklus haid dan banyaknya ovum (folikel) yang ada. Rata-rata membutuhkan waktu
2-3 bulan agar progesterone yang disuntikkan benar-benar tereliminasi. Ada yang
bisa kembali hamil dalam waktu 1 – 1⅟2 tahun.
Progesteron sebagai kontraseptor bekerja dengan
menghambat ovulasi (menekan produksi LH) dan menebalkan produksi mucus yang
melapisi endometrium sehingga sperma menjadi sulit untuk menembusnya. Selain
itu, dengan pemberian KB suntik ( 6-α medroksiprogesteron) siklus haid menjadi
berubah (tidak teratur) karena kadar progesteron yang tinggi menghambat
produksi di hipotalamus FSH dan LH sehingga siklus haid tidak dapat terjadi
ataupun
terganggu.
2.
Apa
yang menyebabkan terjadinya oligohidramnion ? Apa komplikasi yang sering
terjadi ?
Jawab :
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
oligohidramnion adalah kelainan congenital (paling sering : kelainan sistem
saluran kemih dan kelainan kromosom), PJT, ketuban pecah, kehamilan post term,
insufisiensi plasenta, dan obat-obatan. Hipoksia janin yang berlangsung kronis
akan memicu mekanisme redistribusi darah. Dampaknya terjadi penurunan darah ke
ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadi oligohidramnion yang berpengaruh
buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi : PJT, hipoplasia paru,
deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan aspirasi mekonium
intrapartum dan kematian janin.
3.
Bagaimana
mendiagnosis letak lintang ? Mungkinkah letak lintang dilahirkan secara per
vaginam ?
Jawab :
Letak lintang adalah “presentasi janin yang tidak baik
sama sekali”. Persalinan per vaginam TIDAK MUNGKIN, kecuali pada keadaan janin
sangat kecil, atau telah mati cukup lama.
Penyebab letak lintang :
v Plasenta
previa
v Kehamilan
multiple
v Prematuritas
v Panggul
sempit
v Pendulum
dinding abdomen
v Hidramnion
v Multiparitas
v Kelainan
uterus atau janin lainnya
Diagnosis letak lintang dapat dilakukan dengan cara :
1.
Pemeriksaan luar (palpasi Leopold) diraba kepala
di kanan atau di kiri perut ibu.
2.
Bunyi jantung berada di sekitar pusar
3.
Fundus uteri terhadap usia gestasi lebih rendah
daripada letak memanjang
4.
Pemeriksaan dalam mungkin dapat diraba lengan,
bahu, atau iga janin.
5.
Tentukan berdasarkan letak punggung :
dorsosuperior atau dorsoinferior, dorsoanterior atau dorsoposterior.
Bila janin dalam keadaan hidup, segera dilakukan
pengakhiran persalinan dengan sectio
caesaria. Bila janin telah mati dan syarat-syarat embriotomi terpenuhi,
lakukan embriotomi. Jika embriotomi tidak mungkin dikerjakan, lakukan sectio caesaria.
1.
Apakah
pada setiap ibu dengan infeksi intrapartum harus selalu dilakukan sectio
caesaria?
Jawab :
Tidak setiap ibu dengan infeksi intrapartum harus selalu
dilakukan sectio caesaria. Pada prinsipnya penatalaksanaan infeksi intrapartum
adalah segera lahirkan janin. Di mana infeksi intrapartum ini harus segera
dilahirkan dalam kurun waktu 24 jam (Williams). Oleh karena itu, pada ibu
dengan inpartu yang sudah memasuki kala aktif dan janin dapat dilahirkan dalam
kurun waktu 24 jam dapat dilahirkan secara spontan dan tidak perlu dilakukan
tindakan sectio caesaria. Tindakan sectio caesaria ini dapat kita lakukan
apabila ibu masih belum memasuki kala 1 atau kala laten primi, tetapi ibu sudah
didiagnosa menderita infeksi intra partum. Selain itu, tindakan sectio caesaria
juga dilakukan pada ibu yang memiliki penyulit untuk mengalami partus spontan
per vaginam, seperti ibu dengan CPD (Cephalo
Pelvic Disproportion), panggul sempit absolute, penyakit kardiovaskular,
janin makrosomia, dll.
2.
Bagaimana
staging neoplasma ovarium?
Jawab :
Stadium I
|
Pertumbuhan terbatas pada Ovarium
|
1a.
|
Mengenai satu ovarium, permukaan halus, kapsul intak
|
1b.
|
Mengenai kedua ovarium, permukaan halus, kapsul intak
|
1c.
|
1a dan atau 1b, Tumor pada satu atau kedua ovarium,
dengan rupture kapsul atau dengan ascites yang mengandung sel ganas
|
Stadium II
|
Pertumbuhan
sudah mencapai pelvis
|
2a
|
Ekstensi dan atau metastase ke uterus dan atau tuba
fallopi
|
2b
|
Ekstensi pada jaringan pelvic lain
|
2c
|
2a dan atau 2b, tumor pada permukaan satu atau kedua
ovarium dengan rupture kapsul atau dengan ascites, yang mengandung sel ganas
|
Stadium III
|
Perluasan
sampai ke cavum abdomen
|
3a
|
Metastasis mikroskopis pada peritoneum parietalis
|
3b
|
Tumor metastase berukuran < 2 cm
|
3c
|
Tumor metastase berukuran > 2 cm; metastase pada
kelenjar paraaorta atau inguinal
|
Stadium IV
|
Metastasis jauh
|
|
Pleural efusi maligna
|
|
Metastase pada parenkim paru
|
|
Metastase pada hepar dan lien
|
|
Metastase pada kelenjar supraklavikula atau kulit
|
3.
Apa
yang dimaksud dengan dismenorea primer ?
Jawab :
Dismenorhea primer adalah nyeri haid yang terjadi 2-3 tahun
setelah menarche dan terjadi secara maksimal pada usia 15 – 25 tahun. Menurun
dengan semakin bertambahnya usai dan hilang setelah melahirkan per vaginam. Hal
ini disebabkan karena pada saat progesterone dihasilkan pasca ovulasi,
endometrium yang sudah mengalami fase luteal akan memproduksi prostaglandin.
Terjadi gangguan keseimbangan antara prostasiklin (vasodilator dan relaksan
miometrium) dan prostaglandin F2 (vasokonstriktor dan kontraktor miometrium)
serta prostaglandin E2 (vasodilator dan kontraktor miometrium) di mana terjadi
dominasi prostaglandin F2 sehingga terjadi iskemia miometrium dan
hiperkontraktilitas uterus. Selain itu, vasopressin juga akan meningkatkan
sintesa prostaglandin dan bekerja langsung terhadap arteri uterine.
1.
Apa
yang dimaksud dengan partus percobaan ? Bilamana suatu partus percobaan
dinyatakan gagal dan harus segera dilakukan tindakan sectio caesaria ?
Jawab :
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang
dilakukan pada kehamilan aterm, anak posisi belakang kepala dengan suspek
disproporsi sefalopelvik (CPD). Tujuan tindakan partus percobaan adalah
memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai pada saat penderita dinyatakan in partu,
dengan penilaian kemajuan persalinan masuk fase aktif. Penilaian dilakukan
setiap 2 jam.
Yang dinilai dalam
partus percobaan :
v
Kemajuan pembukaan serviks
v
Turunnya kepala
v
Putaran paksi dalam (memutarnya ubun-ubun kecil
ke depan)
Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat
perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus percobaan
dikatakan ada kemajuan dan diteruskan.
Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang
bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan adanya CPD, dan
persalinan diakhiri dengan sectio caesaria.
Partus Percobaan
harus dihentikan dan dilanjutkan dengan sectio caesaria segera jika :
v
Ada tanda-tanda hipoksia/asfiksia janin
v
Ada tanda-tanda ruptur uteri membakat
2.
Apakah
yang menjadi keluhan utama pasien dengan kista endometriosis dan mioma uteri?
Jawab :
v
Kista endometriosis : nyeri haid, infertilitas,
jika ukurannya besar akan terasa ada benjolan. Pada kista endometriosis tidak
pernah terpeluntir karena seringkali terjadi perlengketan
v
Mioma uteri : menorrhagia, nyeri abdomen bawah
(pelvis), dysmenorrheal, dyspareunia, tekanan pada pelvis, gejala urinaria
(sering BAK, obstruksi uretra parsial atau total), jarang dengan keluhan
infertilitas.
3.
Apa
saja yang menjadi penyulit pada persalinan sungsang ?
Jawab :
v
Sufokasi
Terjadi bila sebagian besar badan
janin sudah lahir, sehigga terjadi pengecilan rahim yang menyebabkan gangguan
sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang pasien
untuk bernafas. Hal ini mengakibatkan darah, mucus, cairan amnion, dan mekonium
akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Selain itu, badan janin yang
sebagian sudah berada di luar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk
janin bernafas.
v
Asfiksia
fetalis
Anoksia pada janin selain
diakibatkan oleh pengecilan uterus pada waktu badan janin lahir, juga
diperberat dengan terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase
cepat).
v
Kerusakan
jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat
terjadi pada panggul sempit/CPD, serviks yang belum terbuka lengkap, kepala
janin yang dilahirkan secara mendadak sehingga timbul dekompresi.
v
Fraktur
pada tulang-tulang janin
a. Fraktur
tulang kepala
b. Fraktur
clavicula à
ketika melahirkan bahu yang lebar
c. Fraktur
humerus à
ketika melahirkan lengan yang menjungkit
d. Paralisis
brachialis
e. Dislokasi
sendi bahu
f.
Fraktur femoralis
g. Dislokasi
sendi panggul à
terutama pada saat melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
h. Hematoma
otot-otot
1.
Wanita
27 tahun, G4P3A0, gravid 9 minggu (HPHT 15-12-2008). Sudah 5 hari mengalami
flek berupa darah segar dalam jumlah yang cukup banyak. Ke-3 anak yang
dilahirkan pasien , usia kehamilan tidak mencapai usia matang (preterm berkisar
8 bulan). Apa yang menjadi kemungkinan yang mungkin terjadi pada pasien ?
Bagaimana penatalaksanaannya ?
Jawab :
Pasien mungkin mengalami inkompetensia serviks. Suatu
keadaan yang ditandai dengan terjadinya dilatasi srviks tanpa rasa sakit pada
trimester ke-2, dengan prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti
dengan pengeluaran fetus yang belum matang. Hal ini dapat terulang pada
kehamilan berikutnya meskipun ditatalaksana dengan baik.
Untuk mendiagnosa dapat digunakan USG transvaginal untuk
melihat panjangnya serviks yang dihitung pada pertengahan trimester ke-2
sehingga dapat memprediksi terjadinya persalinan pre-term.
Meskipun penyebabnya tidak jelas, tetapi trauma yang
terjadi pada serviks (seperti : dilatasi dan kuretase) dapat menjadi faktor
penyebab. Perkembangan serviks yang abnormal (misalnya karena tertapapar
Dietilstilbestrol selama dalam kandungan juga dapat berperan.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada inkompetensia serviks
adalah cerclage, suatu tindakan untuk
memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri
internum dengan benang sutra atau dakron yang tebal. Sebaiknya operasi ini
dilakukan pada kehamilan 12 minggu. Benang dapat dipotong pada kehamilan 38 minggu.
Pada kasus ini, dilakukan USG ulang dalam waktu 2 minggu
untuk mengetahui apakah fetus berkembang dengan baik. Jika fetus masih
berkembang, dapat dilakukan cerclage. Tetapi, jika perdarahan terus terjadi,
berarti sudah dalam proses abortus.
2.
Apa
saja komplikasi tindakan versi luar pada letak lintang ?
Jawab :
v
Solutio plasenta dapat terjadi jika plasenta
ikut terlepas pada saat tindakan versi.
v
Ruptur uterina bisa terjadi jika posisi muka
menghadap ke luar, tangan atau kaki keluar sehigga saat dilakukan putaran dapat
melukai dinding uterus
v
Jika terdapat lilitan tali pusat, saat versi
dilakukan vers (putaran), maka tali pusat akan melilit lebih kuat (mencekik
leher) yang bisa menyebabkan hipoksia
3.
Pada
wanita 24 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 33 minggu, yang datang dengan keluhan
perdarahan per vaginam, apa tatalaksana yang paling tepat? Bilamana pasien
dipulangkan?
Jawab :
Pada kondisi
kehamilan < 37 minggu, perlu diberikan obat untuk pematangan paru, seperti
Dexametason. Selain itu, pada usia kehamilan < 35 minggu, berat badan janin
< 2500 gram sehingga dapat membahayakan janin apabila dikeluarkan terlalu
cepat. Oleh karena itu, ibu dianjurkan dirawat minimal 3 hari, dengan
tatalaksana sebagai berikut :
v
Hari I : Ibu diminta untuk bed rest total,
sampai tidak terasa kontraksi lagi atau keluar flek lagi. Sementara itu,
medikamentosa tokolitik diberikan secara IV untuk membantu secara simptomatis,
IVFD dipasang untuk menggantikan kesulitan intake cairan dan mempermudah
pemberian obat.
v
Hari II : Apabila di hari pertama kontraksi dan
flek sudah menghilang, maka obat-obatan tokolitikyang tadinya diberikan secara
IV diganti dengan obat oral. Pasien kemudian dilatih untuk melakukan mobilisasi
ringan seperti duduk di tempat tidur. Apabila tidak keluar flek atau terjadi
kontraksi, tatalaksana dilanjutkan seperti di hari ketiga.
v
Hari III : Pasien coba dilatih untuk aktivitas
ringan seperti berjalan. Apabila kontraksi dan flek sudah tidak terjadi, pasien
baru boleh dirawat jalan, denganpesan apabila flek atau kontraksi terjadi lagi
harus cepat dibawa ke rumah sakit.
1.
Kapan
puncaknya peningkatan volume plasma darah pada kehamilan ?
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu
ke 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan
kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma meningkat sekitar 40 – 45 %.
Dipengaruhi oleh progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh
jalur renin-angiotensin-aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar
berupa plasma dan eritrosit. Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah
eritrosit sebanyak 20 – 30 % tidak sebanding dengan peningkatan plasma sehingga
akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan hemoglobin. Terjadilah anemia
fisiologis.
2.
Apa
saja yang harus dinilai saat pemeriksaan USG pada ibu hamil ?
Jawab :
1) Kantong
gestasi : jumlah, lokasi, ukuran, bentuk, keadaan
2) Janin
: hidup/mati, jumlah, presentasi, perkiraan usia gestasi melalui biometri
janin, pertumbuhan, kelainan bawaan, dan sebagainya.
Perkiraan usia gestasi melalui
pemeriksaan biometri janin :
·
Pada trimester pertama, parameter yang dipakai
adalah jarak puncak kepala sampai bokong (CRL – Crown Rump Length)
·
Pada trimester kedua dan ketiga, parameter yang
dipakai di antaranya adalah diamete biparietal kepada (BPD-Biparietal
diameter), lingkar perut (AC-Abdominal Circumference-tidak ada dalam gambar)
dan panjang tulang femur (FL-Femur Length)
3) Tali
pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan Doppler dapat menilai
FDJP/Fungsi Dinamik Janin Plasenta –SDAU / Sirkulasi Arah Arteri Umbilikalis)
4) Membran/cairan
amnion : keadaan/jumlah
5) Plasenta
: lokasi, jumlah, ukuran, maturasi, insersi
6) Keadaan
patologik : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia serviks,
dan sebagainya. Dapat juga untuk membantu tindakan khusus : amniocentesis,
fetoskopi, transfusi intrauterin, biopsi villi korialis.
3.
Apa
indikasi pengangkatan mioma uteri ?
Jawab :
Jika adanya keluhan berupa :
v
Perdarahan (menoragia ataupun metroragia)
v
Nyeri perut (Jika terjadi torsi pada mioma jenis
subserosa)
v
Keluhan yang berkaitan akibat penekanan karena
mioma (penekanan pada kandung kemih menyebabkan poliuria, pada ureter
menyebabkan hidroureter bahkan hidronefrosis, penekanan pada rektum menyebabkan
obstipasi, tenesmus.
v
Infertilitas
v
Nyeri Hubungan seks
Indikasi-indikasi umum induksi
persalinan :
1. Post
matur ( > 12 hari dari taksiran partus)
2. Pertumbuhan
janin terhambat
3. Adanya
insufisiensi plasenta
4. Pre-eklamsia
5. Penyakit
hipertensi ibu lainnya
6. Penyakit
ibu yang memburuk
7. KPD
8. Perdarahan
antepartum yang tidak bisa dijelaskan (tidak diketahui) penyebabnya
9. DM
10. Kehamilan
ganda yang berlanjut lebih dari 38 minggu
11. Rhesus
iso-imunisasi
Apa kontra indikasi induksi persalinan ?
1. Kontraindikasi/faktor
penyulit untuk partus pervaginam pada umumnya : adanya disproporsi
sefalopelvik, plasenta previa, kelainan letak/presentasi janin
2. Riwayat
sectio caesaria (risiko ruptur uteri lebih tinggi)
3. Ada
hal-hal lain yang dapat memperbesar resiko jika tetap dilakukan persalinan per
vaginam, atau jika sectio caesaria elektif merupakan pilihan yang terbaik.
Dapatkah induksi persalinan dilakukan
secara surgical (tanpa medikamentosa) ? Bagaimana caranya ?
Dapat. Caranya dengan :
1. Melepaskan/memisahkan
selaput kantong ketuban dari segmen bawah uterus (stripping). Stripping dapat
dilakukan dengan cara :
Manual (dengan jari
tengah/telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis
Dengan balon kateter Foley yang
dipasang di dalam segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi cairan
(dapat sampai 100 cc pada Foley No. 24), diharapkan akan mendorong selaput
ketuban di daerah segmen bawah uterus sampai terlepas (bukan untuk dilatasi
serviks)
2. Memecahkan
selaput kantong ketuban (Amniotomi)
Yaitu selaput ketuban
dilukai/dirobek dengan menggunakan separuh klem Kocher
(ujung yang bergigi tajam), steril, dimasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari-jari tangan.
(ujung yang bergigi tajam), steril, dimasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari-jari tangan.
apakah bayi mengalami stres bila ibu mengalami stres?
BalasHapus